Senin, 10 Januari 2011

PROSESING DAN PENYIMPANAN BENIH

PROSESING DAN PENYIMPANAN BENIH

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Benih merupakan salah satu komoditi perdagangan dan merupakan unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karenanya benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan sampai diterima oleh petani untuk ditanam.

Secara agronomi, yang dimaksud benih adalah fase generatif dari siklus kehidupan tumbuhan yang dipakai untuk memperbanyak dirinya secara generatif. Sedangkan dalam pengertian ilmu tumbuhan, yang dimaksud dengan benih adalah biji yang berasal dari ovule. Ovule dalam pertumbuhannya setelah masak (mature), lalu menjadi biji (seed), sedangkan integumentnya menjadi kulit biji (seed coat) dan ovary menjadi buah (fruit). Dari benih inilah akan muncul tanaman-tanaman baru dimana benih yang baik dan berkualitas tentu akan menghasilkan tanaman yang berkualitas pula. Untuk itu penting sekali untuk memperhatiakan proses pengelolaan dan penyimpanannya sebelum masa tanam berikutnya dilaksanakan.

Menurut Schmidt (2000), tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk menjamin persediaan benih yang bermutu bagi suatu program penanaman bila diperlukan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera setelah pengumpulan benih maka benih dapat langsung digunakan di persemian sehingga penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi karena biasanya pada daerah dengan iklim musim penanaman pendek sangat tidak memungkinkan untuk langsung menyemai benih, sehingga benih perlu disimpan untuk menunggu saat yang tepat untuk disemai.

2. Tujuan Praktikum

a. Untuk mengetahui cara prosesing benih

b. Untuk mengetahui cara penyimpanan benih

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Prosessing dan Penyimpanan Benih dilaksanakan pada Kamis, 11 November 2010 di Laboratorium Ekologi Manajemen Dan Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka

Dalam periode simpan terdapat perbedaan antara benih yang kuat dan benih yang lemah. Karena periode simpan merupakan fungsi dari waktu maka perbedaan antara benih yang kuat dan lemah terletak pada kemampuannya untuk dimakan waktu (Sadjad, 1976). Seperti kehidupan lainnya, benih juga mempunyai umur (jangkauan umur) artinya bahwa suatu ketika benih juga akan mati. Dengan demikian amat penting untuk mengetahui berapa lama benih dapat disimpan sebelum digunakan. Seringkali umur benih dikaikan dengan daya simpan benih (Kuswanto, 1996)

Benih orthodox tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, yaitu pada suhu 0 – 5o C dengan kadar air benih 5–7%. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan mampu disimpan sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air benih pada kebanyakan benih orthodox sekitar 6–10%. Benih orthodox banyak ditemukan pada zona arid, semi arid dan pada daerah dengan iklim basah, di samping itu juga ada yang ditemukan pada zona tropis dataran tinggi. Benih recalsitrant didefinisikan sebagai benih yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, kecuali untuk beberapa species temperate recalcitrant (Schmidt, 2000).

Secara praktis, benih ortodoks dapat disimpan pada suhu kamar (28oC) atau ruang sejuk (12oC), bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air benih yang akan disimpan. Apabila daya berkecambah benih dipertahankan diatas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka kadar air benih harus 12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan sinar matahari pada musim kemarau) agar daya berkecambah benih masih dapat dipertahankan sampai 10 bulan penyimpanan pada suhu kamar (28oC). Kalau kadar air benih dapat diturunkan hingga 10%, daya berkecambah benih dapatdipertahankan sampai 14 bulan, dan lebih dari 14 bulan kalau kadar air benih pada saat disimpan 8%. Daya berkecambah benih setelah penyimpanan 14 bulan masih tinggi (89,3%). Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya tahan disimpan selama delapan bulan, dan pada kadarair 16% hanya tahan disimpan sampai empat bulan (Azrai dkk, 2003)

Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor fisik (genetic and physical faktors). Yang dimaksud dengan faktor genetik ialah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi yang meliputi kemurnian (high purity), persen perkecambahan tinggi (high viability and vigor), bebas dari kotoran dan benih rumputan serta bebas dari insek, kadar air (moisture content of seed) rendah yaitu 12-14 persen untuk benih serealia dan kedele (Kamil, 1982).

Meskipun tipe ortodoks dan rekalsitran relatif jelas perbedaannya, daya tahan benih untuk bertahan pada saat penyimpanan meliputi variasi yang luas, dari yang sangat rekalsitran, intermediate sampai ortodoks (Schmdit, 2000). Pada umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih (Widodo, 1991).

Untuk menghambat deteriorasi maka benih harus disimpan dengan metode tertentu agar benih tidak mengalami kerusakan ataupun penurunan mutu. Manan, (1978) menyatakan bahwa penyimpanan benih adalah usaha pengawetan benih yang berdaya hidup, semenjak pengumpulan hingga di lapangan. Maksud penyimpanan benih adalah agar benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau pada musim yang berlainan dalam tahun yang sama, atau untuk tujuan pelestarian benih dari suatu jenis tanaman (Sutopo, 2002)

C. Metode Praktikum

1. Alat dan bahan

a. Buah papaya (Carica papaya), Jeruk (Citrus sp.), Nangka (Artocarpus integra), Jagung (Zea mays), Kacang Hijau (Phaseolus radiatus), dan Kedelai (Glycine max)

b. Pisau, wadah, serbuk arang, polybag

2. Cara kera

a. Prosesing benih

a) Memisahkan antara biji dengan buah, malai/tongkol dengan cara membelah buah, mengupas, memipil, dan lain sebagainya.

b) Menghilangkan pulp yang menempel pada biji.

b. Penyimpanan benih

a) Menyimpan benih ortodoks pada kertas yang dibungkus kemudian mengamati kapan saat muncul tunas.

b) Menyimpan benih rekalsitran pada wadah yang berisi serbuk arang kemudian mengamati kapan saat muncul tunas.

D. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Pengamatan Prosesing Dan Penyimpanan Benih Bagian Tengah

Sampel Benih

Benih Baik

Benih Tidak Baik

Keriput/Kering

Tumbuh

Papaya

13

2

-

Jeruk

3

2

-

Jagung

10

10

-

Sumber: Laporan Sementara

Tabel 1.2 Pengamatan Perkecambahan Hasil Penyimpanan

Sampel Benih

Hari Berkecambah

Keterangan

Jagung

4

DK = 100%

Jeruk

-

Berjamur

Papaya

-

Berjamur

Sumber: Laporan Sementara

Tabel 1.3 Pengamatan Perkecambahan Hasil Penyimpanann Pada Jagung

Ulangan

Panjang

Ket

Akar

Tunas

1

2,3

-

Normal

2

2,4

-

Normal

3

3,1

-

Normal

4

2,5

-

Abnormal

5

2

-

Normal

6

2,1

-

Abnormal

7

2,8

-

Abnormal

8

2,1

-

Normal

9

2

-

Normal

10

2

-

Abnormal

Sumber: Laporan Sementara

E. Pembahasan

Benih merupakan salah satu komoditi perdagangan dan merupakan unsur baku yang mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karenanya benih harus selalu dijaga kualitasnya semenjak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga diterima oleh petani untuk ditanam. Pada bagian pengolahan benih, terbagi atas beberapa bagian-bagian dimana masing-masing bagian tersebut memiliki peranan yang sama penting dalam menentukan kualitas suatu benih. Beberapa proses yang dilakukan adalah pembersihan benih yang meliputi pemungutan atau pengumpulan benih, kemudian penanganan benih setelah dikumpulkan serta penyimpanan benih.

Pada praktikum teknologi benih lanjutan, ada tiga komoditas tanaman yang benihnya menjadi bahan percobaan yaitu papaya (Carica papaya), jeruk (citrus sp.) dan jagung (Zea mays). Dari ketiga komoditas tersebut, masing-masing benih diamati dari tempat benih tersebut berada (pangkal, tengah atau ujung), benih-benih tersebut kemudian di bersihkan; pemipilan pada jagung, penghilangan pulp pada papaya dan jeruk.

Menurut Justice and Bass, (1994), suhu penyimpanan dan kadar air merupakan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup benih pada kisaran suhu tertentu, umur penyimpanan benih menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali pada benih-benih tertentu yang biasanya berumur pendek. Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, sehingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Protoplasma dari embrio dapat mati akibat keringnya sebagian atau seluruh benih. (Sutopo, 2002).

Berdasarkan hal tersebut, ada dua macam benih yang digolongkan berdasarkan kelembaban atau kadar air yang dibutuhkan untuk penyimpanan yaitu; benih ortodok yang membutuhkan kelembaban rendah dan benih rekalsitran yang membutuhkan kelembaban tinggi. Benih ortodoks tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, yaitu pada suhu 0 – 5o C dengan kadar air benih 5 – 7%. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan mampu disimpan sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air benih pada kebanyakan benih orthodox sekitar 6 – 10%. Benih orthodox banyak ditemukan pada zona arid, semi arid dan pada daerah dengan iklim basah, di samping itu juga ada yang ditemukan pada zona tropis dataran tinggi. Penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan wadah seperti : karung kain, toples kaca/ plastik, plastik, laleng, dll. Setelah itu benih dapat di simpan pada suhu kamar atau pada temperature rendah “cold storage” umumnya pada suhu 2-5oC.

Sebaliknya, benih recalsitrant didefinisikan sebagai benih yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang rendah, kecuali untuk beberapa species temperate recalcitran (Schmidt, 2000). Tingkat toleransinya tergantung dari species masing-masing, umtuk benih species dari daerah tropik kadar air benih yang dianjurkan untuk penyimpanan adalah 20 – 35% dan suhu penyimpanan 12 – 15o C. kebanyakan benih recalsitrant hanya mampu disimpan beberapa hari sampai dengan beberapa bulan. Benih recalsitrant pada waktu masak, kadar air benih sekitar 30 – 70%. Benih recalsitrant banyak ditemukan pada species dari zona iklim tropis basah, hutan hujan tropis, dan hutan mangrove, beberapa ditemukan pada zona temperate dan sedikit ditemukan pada zona panas.

Benih rekalsitran mempunyai kadar air tinggi, untuk itu dalam penyimpanan kadar air benih perlu dipertahankan selama penyimpanan agar kelembaban tetap terjaga dan benih mampu bertahan tetap baik hingga waktu penanaman tiba. Penyimpanan benih ini dapat menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang/ arang sekam seperti yang dilakukan dalalm praktikum kali ini. Sebaliknya, benih-benih ortodok membutuhkan penyimpanan yang kadar airnya harus dipertahankan untuk tetap rendah. Hal ini dilakukan karena bibit ortodok akan berkecambah atau dimungkinkan akan terserang penyakit apabila kadar air dan kelembaban lingkungannya tinggi (melebihi batas kelembaban untuk penyimpanan).

Media yang digunakan untuk penyimpanan benih jeruk (rekalsitran) adalah arang sekam dan media kertas merang (buram) untuk benih jagung dan papaya (ortodok). Setelah benih di simpan selama ± 3 minggu, pengamatan dilakukan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa benih yang baik secara fisik, dari keseluruhan benih mencapai 50% - 75%. Hal ini menunjukkan bahwa prosesing benih yang dilakukan dalam hal pembersihan atau prosessing benih sudah baik. Ciri-ciri benih yang baik adalah benih yang sudah disimpan tersebut tidak keriput, tidak terkena jamur ataupun busuk, tidak berkecambah (secara fisik) serta tidak berkurang viabilitas yang dimilikinya (fisiologis).

Dalam hasil pengamatan juga ditemui benih yang masuk kategori benih buruk. Benih yang buruk atau rusak adalah benih yang keriput, terserang penyakit serta benih yang berkecambah. Dari hasil pengamatan ditemukan benih-benih buruk yang keriput, sedangkan benih yang berkecambah ataupun yang terkena pathogen tidak ditemukan. Ini menunjukkan bahwa penyimpanan benih tersebut sudah cukup baik karena suhu dan kelembabannya sesuai dan tidak terjadi perkecambahan. Akan tetapi pengujian tidak hanya sampai disitu, benih harus di cek viabilitasnya dengan cara uji perkecambahannya.

Hasil yang ditunjukkan pada uji perkecambahan pasca-penyimpanan adalah terjadi perkecambahan pada jagung, sedangkan untuk papaya dan jeruk tidak (mati). Pada jagung, secara keseluruhan sampel benih berkecambah (daya kecambahnya 100%). Akan tetapi ada 4 sampel yang berkecambah secara abnormal, diantaranya sampei 4, 6, 7 dan 10. Sedangkan untuk sampel jeruk dan papaya tidak didapati perkecambahan, dan dalam kondisi berjamur. Terserangnya jeruk dan papaya ini adalah kurang sterilnya benih atau lingkungan disekitarnya serta kecocokan lingkungan yang dibuat, dalam kasus ini kelembaban, untuk berkembangbiakanya jamur.

Letak asal benih (pangkal, tengah, ujung) juga mempengaruhi daya perkecambahan benih dimana benih yang berasal dari pangkal dan tengah akan lebih baik daya kecambah dan pertumbuhannya dibandingkan yang pucuk karena pada bagian tersebut, tersimpan lebih banyak cadangan makanan yang otomatis juga tersimpan banyak zat kimiawi benih yang memproses pertumbuhan. Selain hal-hal tersebut, genetic benih juga menjadi salah satu faktor viabilitas benih. Metode yang digunakan dalam praktikum ini masih ada sedikit kekurangan dimana seharusnya tempat yang digunakan merupakan tempat dengan kondisi terkontrol untuk benih bukan hanya media penyimpanannya saja, tetapi juga dengan suhu dan kelembaban yang optimal untuk penyimpanan.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a Benih berdasarkan kadar airnya dibagi menjadi dua; benih ortodoks (yang kadar airnya berkisar antara 6 – 10%) dan benih rekalsitran (kadar airnya 30 – 70%)

b Hasil pengamatan setelah 3 minggu menunjukkan bahwa benih yang baik secara fisik, dari keseluruhan benih mencapai 50% - 75%, sisanya kering/keriput.

c Viabilitas benih yang disimpan kurang baik untuk papaya dan jeruk (benih tidak berkecambah ketika ditanam), tetapi cukup baik untuk jagung dengan daya kecambah 100%, 4 diantaranya abnormal

d Faktor yang penting dalam masa penyimpanan adalah suku kadar air benih serta kelembaban relative, maka ketiga faktor tersebut harus dijaga agar selalu opimum dalam penyimpanan benih berlangsung.

e Letak asal benih juga mempengaruhi daya perkecambahan dan viabilitas benih dimana benih yang berasal dari pangkal dan tengan bagian akan lebih baik pertumbuhannya.

2. Saran

a Mungkin dibutuhkan studi tour secara general sebelum praktikum dilaksanakan secara keseluruhan, guna untuk melihat serta mengamati secara langsung mengenai perbenihan dan pengolahannya sehingga praktikan mendapat pengetahuan yang berarti dalam melaksanakan praktikum karena tahu langsung dari ahlinya.


DAFTAR PUSTAKA

Azrai, Rahmawati, Ramlah Arief dan Sania Saenong. 2003. Pengelolaan Benih Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/sebelas.pdf;diakses pada tanggal 19 Desember 2010.

Justice and Bass(1979), dalam Yudi Harisman, 2009. Wadah dan Lama Penyimpanan Benih. http://forester-rimbawan.blogspot.com/2009/05/ wadah-dan-lama-penyimpanan-benih.html; diakses pada tanggal 19 Desember 2010.

Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.

Kuswanto, Hendarto. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih. Andi, Yogyakarta.

Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW

Widodo, W. 1991. Pemilihan Wadah Simpan dan Bahan Pencampur pada Penyimpanan Benih Mahoni. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©2009 JGC.COM | by TNB